Perangkat Pembelajaran

Jumat, 21 September 2012

NASIHAT PETANI PADA SI BIJAK


NASIHAT PETANI PADA SI BIJAK

Alkisah, seorang petani bermaksud menjual sekarung gandum ke pasar. Ketika satu karung gandum itu dimuatkan di atas punggung untanya, karung itu selalu terjatuh. Setelah berpikir keras, ia mengisi satu karung lagi dengan pasir. Ia merasa bahagia karena sudah menemukan pemecahan yang menakjubkan. Dalam keadaan setimbang, kedua karung itu bertengger di samping untanya.
Di pertengahan jalan, ia berjumpa dengan seorang yang tampaknya miskin. Tubuhnya kurus, pakaiannya lusuh dan tidak bersepatu. Ketika duduk bersama, beristirahat, petani mendapatkan bahwa kawan yang miskin itu ternyata sangat bijak. Ia mengetahui banyak hal. Ia mengenal tokoh-tokoh besar, kota-kota besar dan gagasan-gagasan besar. Tidak henti-hentinya petani itu takjub dengan kepintarannya. Ia menanyakan apa yang dibawa dalam untanya. Ia menjawab bahwa satu karung berisi gandum dan satu lagi pasir. “orang bijak” itu tertawa. “mengapa tidak anda bagi dua gandum itu dan menyimpannya dalam dua karung; masing-masing setengahnya?”
Petani makin kagum. Ia tidak pernah sampai pada pikiran secemerlang itu.
Tiba-tiba ia menyadari keadaan si bijak. Ia menanyakan apakah ia punya pekerjaan. “Saya tidak punya sepatu, rumah, atau pekerjaan. Bahkan untuk makan malam pun saya tidak tahu apakah saya bisa memperolehnya”.
“Lalu apa yang anda peroleh dari semua kecerdasan dan ilmu pengetahuan anda?” Tanya petani. “saya hanya mendapat sakit kepala dan khayalan hampa”, jawab si pintar. Petani itu melepaskan tali untanya. Ia beranjak pergi ; berpindah kepadaku. Aku bodoh karena mengisi sekarung lagi dengan pasir; tetapi ketololanku telah memberikan kehidupan kepadaku”.
Petani  itu menasihati sang bijak:

Jika kau ingin derita
Benar-benar hilang dari hidupmu

Berjuanglah untuk melepaskan
“kebijakan” dari kepalamu

Kebijakan yang lahir dari tabiat insani
Tak menarik kamu lebih dari khayalan

Karena kebijakan itu tidak mendapat berkat
Yang mengalir dari cahaya kemuliaan-Nya

Pengetahuanmu tentang dunia
Hanya memberikan dugaan dan keraguan

Pengetahuan tentang Dia
Kebijakan ruhani sejati
Membuatmu naik ke atas dunia ini

Para ilmuwan masa kini telah menghempaskan
Semua pengorbanan diri dan kerendahan hati

Mereka sembunyikan hati
Dalam kecerdikan dan permainan bahasa

Raja sejati adalah dia
Yang menguasai pikirannya

Bukan dia yang pikirannya
Menguasai dunia dan dirinya

(Jalaluddin Rumi, Matsnawi,
dalam Jalaluddin Rahmat, Catatan Kang Jalal, 1997)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar